Saturday, October 15, 2011

Mengajar

Lampung,

Sudah hampir 4 tahun aku menjalani profesi sebagai pengajar. Sudah 4 generasi yang aku kenal. Banyak cerita, peristiwa, dan kenangan yang terukir. Betapa mengajar benar-benar butuh keahlian khusus. Tiap kelas dan individu punya keunikan sendiri. Seperti yang aku alami di minggu ini. Di hari Senin, aku hampir kesal dengan satu kelas, karena mereka tidak memperhatikan teman mereka yang sedang menjelaskan. Tetapi di hari Selasa dan Kamis mereka begitu antusias di kelas. Walau kadang menghadapi kesulitan ketika menghadapi beberapa pertanyaan tapi mereka tidak putus asa. Ketika melihat itu, aku merasa bahagia, karena ternyata mereka bisa dan mau untuk mengerti. Itu menyadarkanku bahwa aku perlu lebih mengenal mereka. Cara yang kugunakan di hari Senin ternyata tidak berhasil, lalu aku mencoba mencari cara lain dan berhasil di hari Selasa dan Kamis. Tapi bukan berarti aku berhenti belajar. Ini memacuku untuk mencari, membuat dan menemukan cara atau metode yang tepat untuk mengajar mereka. Seringkali pelajaran itu kudapat dari murid-muridku.

Fighting!

Saturday, October 08, 2011

Perenungan

Lampung,

September tak ada tulisan di sini, walau sebenarnya banyak cerita. Tadi malam sampe pagi ini hujan terus mengguyur Lampung dan sepertinya di beberapa tempat lain di Indonesia. Hujan kali ini adalah hujan lama pertama setelah sekian bulan berlalu. Bagi petani, tentu saja hal yang menggembirakan tapi mungkin tidak untuk orang-orang lain.

Hujan kali ini mengingatkanku akan beberapa hal di keluarga, sekolah, teman, dan hubungan. Keluarga, ada satu peristiwa terjadi di dalam keluarga dan ketika itu terjadi aku tidak berada di sana. Kadang, setiap ingat peristiwa itu membuatku merasa sedih, terlebih lagi aku tidak tahu dengan rinci kejadian tersebut.

Sekolah. Alam selalu bekerja sesuai dengan aturannya. Ketika ada gedung yang menjulang tinggi, kekuatannya diuji oleh angin yang melaluinya. Semakin tinggi gedung tersebut, semakin rawan ia diterjang angin keras. Apabila pondasinya tidak kuat, bisa jadi angin berkekuatan kecil saja bisa menghancurkannya. Bila pondasinya kuat tapi terletak di tempat yang salah, gedung itu bisa roboh dengan mudah. Seperti itulah yang kurasakan. Seseorang yang berada di tempat yang tinggi, mesti berhati-hati ketika ada angin yang menerjang. Dia harus introspeksi diri, apakah pondasinya KUAT atau benarkah LETAKNYA? Tidak perlu sombong dengan posisi tingginya, karena bisa jatuh suatu saat. Dan ketika ada "angin" datang, lalu menggoyahkan posisinya, itu adalah pertanda ada sesuatu yang tidak tepat terjadi.

Manusia butuh teman dalam hidupnya. Tapi kadangkala kesalahpahaman terjadi di pertemanan tersebut. Butuh jiwa besar untuk mengakui kesalahan dan kembali merajut tali persahabatan lagi.

Hubungan yang lancar-lancar saja tidak akan mendewasakan, tapi hubungan yang selalu diwarnai dengan perselisihan juga bukan hubungan yang baik.

Hal-hal yang ingin kutulis, kadang tidak bermakna, tapi menuliskannya membuat hidupku sedikit lebih sehat.

Friday, August 26, 2011

Kejutan sebelum libur

Lampung,

hari ini hari terakhir sekolah sebelum libur Idul Fitri selama dua minggu ke depan. Guru-guru dan murid-murid bergembira dan menantikan hal ini. Hari ini aku mendapat kejutan dari murid yang pernah aku ajar. Dia sedang berada di Lampung untuk liburan dan magang. Dia datang ke kelas, tempat aku berada di jam istirahat. Kedatangannya saja sudah membuatku terkejut dan bahagia, apalagi maksud kedatangannya. Dia dan saudaranya memberikan hadiah untukku. Pokoknya tidak menyangka tentang kejadian hari ini yang membuatku tersenyum dan hampir tersenyum berkali-kali sampai sekarang, hehe..

Sebenarnya aku sudah bahagia ketika melihatnya dan saudaranya diterima di universitas untuk melanjutkan pendidikan mereka. Melihat mereka bisa berkembang dan berhasil akan membuatku bangga sekali. Bangga bahwa aku pernah menjadi guru mereka.

Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan kemampuan untuk mengikuti pendidikan di bangku kuliah, serta sahabat-sahabat yang selalu ada untuk mereka dalam suka dan duka. Amin

Thanks Boys!

Monday, August 22, 2011

Gagal

Lampung,

Banyak sekali kata-kata bijak tentang kegagalan, dan sekarang aku sedang mengingatnya dan mencoba melakukannya. Gagal sebagai murid? Apakah ketika dia tidak bisa mengikuti pelajaran, kemudian nilainya kecil dan dia dikeluarkan dari sekolah? Atau ketika dia melakukan kejahatan besar? Tetapi menurutku tidak ada gagal sebagai murid, karena jika kita adalah murid, maka kita terus belajar, dan bahkan belajar dari kegagalan itu sendiri.

Bagaimana dengan guru, gagal sebagai guru? Ya, menurutku ada. Aku sadar tugas guru itu tidak semudah yang orang awam bayangkan. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga teladan sikap, pikiran, dan perbuatan. Dan saat ini aku merasa gagal sebagai guru karena tidak bisa melaksanakan itu semua. Hari ini aku mengetahui bahwa anak-anak yang aku ajar mencuri. Sedih sekali mendengarnya. Ternyata aku belum benar-benar menjadi guru. Di lain pihak, aku mengetahui dari guru-guru lain bahwa anak-anak kelasku banyak yang tidak menghormati gurunya, cuek, dan bersikap individual.

Tapi itu jadi pengingat untukku supaya bangkit dari kegagalan ini dan memperbaikinya, menjadi guru yang benar-benar mengajar dan mendidik. Kegagalan ada bukan untuk menghancurkan melainkan untuk membuat diri kita menjadi lebih baik lagi.

Wednesday, August 17, 2011

Bebas

Merdeka!

Lampung, 17 Agustus 2011

Hari ini ulang tahun kemerdekaan yang ke 66. Aku bersama guru-guru dan para siswa menghadiri upacara yang diadakan di bulan puasa. Hebatnya, walau dalam bulan puasa, umat muslim yang berpuasa tidak terlihat lelah atau capai. Beberapa siswa memang harus beristirahat sejenak tapi banyak dari mereka kuat mengikuti upacara hingga selesai. Satu kondisi yang membuatku terdiam adalah ketika lagu Indonesia Raya baru selesai dan bendera merah putih telah berkibar di puncak tiang. Semua orang terdiam saat itu dan kondisi hening, membuatku bergetar walau aku tak tahu kenapa.

Seringkali aku mendengar kata merdeka dikaitkan dengan kata bebas. Bebas dari penjajahan, bebas dari keterpaksaan, bebas dari penindasan, bebas dari penderitaan, dan lain-lain. Sepertinya memang itu makna merdeka.

Kemarin aku baru mendapat pengetahuan dan renungan tambahan mengenai merdeka. Kita memang orang merdeka sekarang tapi bukan berarti kita bisa menyalahgunakan kemerdekaan yang kita punya. Itu betul sekali. Apakah aku menyalahgunakan kemerdekaan (atau kebebasan) yang aku miliki? Apakah semua masyarakat Indonesia benar-benar sudah merdeka?

Saturday, August 13, 2011

Pagi

Lampung,

Tampaknya ini tulisan pertama yang ditulis di pagi hari sebelum jam 5 pagi. Ini lagi bulan puasa, tapi aku sudah beraktivitas bukan karena ingin sahur. Mendengarkan lagu di pagi hari, minum segelas susu cokelat, sambil mencoba menyelesaikan tugas.

Malam tadi sempet belajar bahasa Inggris, dah lama juga ga belajar. Fighting! salah satu kata yang biasa diucapkan di drama korea, yang ternyata membangkitkan semangatku juga. Semoga pagi ini menjadi awal yang baik di hari ini.

Ambil semua kebahagiaan hari ini.

Thursday, August 11, 2011

Motivasiku

Lampung,

Kesal, marah, sedih datang menghampiri
lemahnya diriku, tak bisa membendung itu semua
hingga akhirnya diriku terbuai dengan tangis
tangis tiada henti selama beberapa jam
di malam hari
saat orang sudah membaringkan tubuh
untuk melepas lelah hari itu

aku tahu bahwa tak seharusnya aku berpikir dan berbuat sedangkal itu
namun ku ingin berteriak sekeras mungkin
dan membenamkan mukaku
hingga aku lelah dan terlelap

belum berhenti juga tangis itu, tangis yang tiada guna
sampai ku ingat mereka
aku akan bertemu mereka esok hari
para pejuang sekolah

tidak, aku tidak mau bertemu mereka dengan mata sembap
aku tidak mau bertemu mereka dengan muka lesu
aku tidak mau mereka melihatku tak bersemangat

saat itu kuputuskan untuk berhenti menangis
ku ingat wajah-wajah mereka
senyum, tawa bersama di setiap keadaan
ya, aku membasuh mukaku dan mulai untuk tidur

aku pun bangun,
rasa sedih itu masih ada,
tapi aku punya tekad untuk bersemangat
aku mencoba tersenyum dan mengingat lagi mereka

wah, mereka datang..
senyum dan tawa menghiasi wajah mereka
sedihku hilang

aku menyatukan diri dengan emosi mereka
menyapa dan bercanda
sungguh, mereka adalah motivasiku

terima kasih, murid-muridku..
terima kasih telah menjadi motivasiku..

Tuesday, August 02, 2011

Antusias

Lampung,

Baru saja selesai mengajar hari ini. Kelas terakhir tadi begitu mengagumkan. Aku tidak menyangka di bulan puasa, jam-jam ngantuk, mereka begitu bersemangat. Aku pun jadi bersemangat dan sedikit merasa bersalah karena kurang mempersiapkan kelas dengan baik. Tapi ini jadi motivasi agar aku berbuat lebih baik.
Terima kasih murid-muridku tersayang..

Wednesday, May 04, 2011

Di atas harapan

Lampung..

"Sekian perkuliahan kita hari ini. Terima kasih." Itulah kalimat yang aku ucapkan untuk mengakhiri kelas matematika di SCI B di pagi hari tadi. Aku mengucapkannya dengan penuh kesadaran, betapa aku kagum dan terkesima dengan pola pikir dan analisa mereka, sehingga mereka bisa kuanggap sebagai anak kuliah.

Pagi hari tadi aku mempunyai kelas bersama SCI B. Mereka siswa-siswi kelas XI. Topik kami hari ini adalah Turunan, lebih khusus lagi mengenai soal aplikasi turunan. Aku membagi mereka ke dalam 5 kelompok, dan tiap kelompok mendapat satu buah kasus. Mereka mencoba menjawab dan mendiskusikannya dengan teman grup mereka. Setelah selesai berdiskusi, tiap grup menampilkan hasil diskusi mereka. Sedangkan grup lain boleh bertanya atau mengklarifikasi.

Aku terkesima dengan pertanyaan-pertanyaan mereka, betapa pertanyaan itu menunjukkan kedalaman tingkat berpikir mereka, tingkat analisa yang dalam, melebihi harapanku saat itu, sehingga aku mengucapkan kalimat awal tulisan ini. Aku bersemangat sekali untuk menjawab pertanyaan mereka.

Memang tidak semua kelas dan tidak setiap saat mereka seperti itu, tapi ketika itu terjadi, aku sungguh bangga dan merasa beruntung bisa menjadi guru mereka.

Well done my students!

Wednesday, April 27, 2011

Arti Tut Wuri Handayani bagi guru matematika

Lampung,

Di kelas matematika, aku sedang membahas topik turunan bersama murid-muridku. Kali ini kami mendiskusikan tentang aturan-aturan dalam turunan. Untuk itu, aku membagi mereka dalam kelompok, kemudian tiap kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu aturan turunan. Mulai dari bunyi aturan tersebut, pembuktiannya, contoh soal dan latihan untuk teman-teman mereka. Aku melakukan hal ini di dua kelas, B dan C (dari tiga kelas yang aku ajar). Dari dua kelas ini, aku melihat hasil yang signifikan di salah satu kelas, yaitu B.

Ketika mereka menjelaskan per kelompok, aku duduk di antara murid-murid, lebih banyak duduk di bagian belakang, memperhatikan mereka. Kalau mereka lancar memberikan penjelasan, maka aku hanya menjadi moderator. Jika ada yang kurang tepat, aku segera memperbaiki dan mereka melanjutkan kembali.

Hari ini presentasi kelompok terakhir dari kelas B. Sebenarnya mereka telah menjelaskan kemarin, tapi belum selesai karena jam pelajaran telah habis. Jadi mereka melanjutkan hari ini. Lalu mereka memberikan latihan bagi teman-teman mereka. Setelah itu ada dua teman mereka yang mengerjakan di papan tulis. Saat dibahas, ternyata ada perbedaan pendapat antara penjawab soal dan grup yang menjelaskan. Mereka pun mengungkapkan argumen mereka dan ternyata penjawab soal tersebut benar dan salah satu anggota grup meminta maaf.

Sebenarnya saat anggota grup menjelaskan argumennya, aku tahu itu salah dan ada keinginan besar untuk langsung memberi tahu. Untungnya aku bisa menahan diri dan aku bisa melihat betapa mereka sudah bisa menganalisis jawaban dan berpikir secara matematika. Senang dan bangga sekali melihat itu. Sayangnya aku lupa mengapresiasi mereka untuk hasil kerja yang luar biasa.

Dari pengalaman ini, aku bisa melihat bahwa mereka bisa belajar dengan cara seperti itu dan lebih efektif. Memang ada kelemahan, seperti butuh banyak waktu, karena tiap grup menjelaskan dan kapasitas tiap anak berbeda. Tapi mereka bisa melangkah maju bersama.

Bagiku, itulah arti dari Tut Wuri Handayani, di belakang memberi daya semangat dan dorongan. Aku memang duduk di belakang, tapi tidak hanya duduk, dari belakang aku memberikan semangat dan dukungan.

Tuesday, April 26, 2011

Cara Pandang

Lampung,

Hari Jumat hingga Minggu kemarin aku pulang ke rumah. Dari rumah, aku bawa oleh-oleh, yang mungkin bisa dibilang permenungan, hehe... Bapak bercerita tentang banyak hal, salah satunya tentang cara pandang. Dia bilang, kita harus berubah, lebih lagi mengubah cara pandang kita terhadap suatu hal, khususnya masalah, terlebih lagi masalah kehidupan. Katanya, kalau kita menghadapi masalah dalam hidup, janganlah kita menyalahkan orang lain, atau menjelek2an orang lain. Kita tidak usah berpikir bahwa masalah kita akibat dari perbuatan buruk orang lain, tidak bisa seperti itu lagi.

Sesaat ketika mendapat permenungan itu, aku memikirkan keluargaku. Setelah kembali ke Lampung, aku mengaitkan nasihat itu dengan keadaanku di sekolah, bagaimana aku menghadapi pimpinanku dan teman-teman sekerjaku. Betapa selama ini aku lebih banyak menyalahkan orang lain atas keadaanku, kenapa begini, kenapa begitu. Padahal aku bisa mengubah pikiran itu.

Hari ini aku mengaitkannya dengan murid-muridku. Kalau saja aku terus memandang lemah terhadap beberapa murid atau memandang kuat terhadap beberapa murid, bisa jadi aku menjadi pengajar yang tidak seharusnya mengajar. Mereka baru saja membuktikan kepadaku, betapa mereka sebenarnya bisa, bahwa mereka sebenarnya tidak lemah, hanya perlu suatu cara lain. Bahwa mereka sebenarnya tidak sekuat itu, mereka pernah 'jatuh' dan lemah.

Yup, aku perlu mengubah cara pandangku terhadap beberapa hal dan beberapa orang. Tentu saja untuk menjadikan hidup lebih lega dan mudah tersenyum..

Tuesday, April 05, 2011

Minyak Goreng

Lampung,

Tulisan ini bukan bercerita tentang resep ataupun panduan memasak tapi kisah di balik proses memasak. Minyak goreng, secara harafiah, minyak yang dipakai untuk menggoreng.

Alkisah di suatu malam selasa, tertanggal 4 April 2011, terjadi aktivitas memasak di satu tempat. Aku dan kedua temanku memasak martabak mini. Aku mendapat tugas untuk menggoreng. Dua kali proses penggorengan, semua berjalan lancar. Tiba-tiba, di proses yang ketiga, percikan minyak goreng dari wajan mengenai pipi kiri dan tangan kananku. Percikan itu, walau kecil, membuatku merasa panas. Seorang temanku melihat wajahku, dan hasilnya terkelupas kulitku itu. Langsung saja temanku mengambil obat dari kamarnya dan memberikan kepadaku. Sampai saat itu, masih panas yang kurasa dan perih. Setelah lukaku diobati, kami pun tetap menikmati martabak dan menonton tv. Setelah kami selesai melakukan aktivitas tersebut, kami pun kembali ke kamar masing - masing, barulah terasa perihnya. Sempat susah tidur karena panas.

Pagi-pagi aku ke tempat kerja, beberapa orang menanyakan perihal pipiku ini. Terlintas rasa malu juga di depan murid-muridku. Kadang ada yang melihat pipiku dan bertanya langsung kepadaku. Ada juga yang melihat tapi hanya bertanya-tanya dalam hatinya namun bisa kulihat dari matanya.

Hari ini perihnya tidak seperti kemarin, tapi tetap ada sedikit rasa panas. Aku jadi berpikir tentang tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dan menderita. Pipiku saja yang hanya terkena sedikit percikan minyak goreng begitu perih, apalagi mereka yang disiram air panas atau minyak goreng panas, mengerikan sekali.

Sunday, March 27, 2011

Sekolah (bagian 1)

Lampung,

Tiga hari terakhir, ketika di kamar, dalam perjalanan di bus, dan beberapa tempat lain, aku memikirkan satu kata tetapi banyak cerita, pemikiran, orang yang terlibat di dalamnya. Kata itu adalah SEKOLAH. Saat itu aku sedang mencari dalam pikiranku, apa itu sekolah? Bagaimana definisi sekolah yang ideal? Sebelum aku lupa tentang semua yang berkecamuk ini, aku tuliskan sejenak, semua ini adalah sebuah opini.

Sekolah itu tempat yang digunakan oleh seseorang atau beberapa orang untuk menambah pengetahuannya. Pengetahuan itu bisa bermacam-macam. Peran penting yang mesti ada di sekolah yaitu murid dan guru. Sekolah tidak harus berupa gedung atau bangunan fisik belaka. Jika ada satu murid dan satu guru, maka jadilah sekolah. Lagi-lagi ini adalah sebuah opini. Aku mau menuliskan satu persatu.

Murid... Definisi murid? Mesti liat kamus dulu kali ya.. Bagiku, murid adalah seorang yang mau mencari pengetahuan, selalu ingin tahu tentang apa yang ia dapat dan temui. Sekarang pun aku masih seorang murid. Seorang yang disebut sebagai murid tidak terbatas pada umur. Ketika masih bayi, remaja, dewasa, atau bahkan ketika ia sudah mempunyai cucu, sebenarnya kita adalah seorang murid. Seorang bayi belajar berjalan, mengucapkan kata, menggenggam, melihat, tersenyum dan lain-lain. Anak-anak dan remaja belajar mengenal sekitar mereka, alam, bangunan, dan berkomunikasi dengan orang lain. Orang dewasa belajar untuk hidup mandiri, melayani sesama, mengasuh anak. Kakek dan nenek belajar sabar terhadap anak-anak dan cucu-cucu mereka, belajar menjadi pengasuh, belajar untuk tabah dan bijaksana. Waw, ternyata kehidupan kita selalu diisi dengan belajar.

Sekarang, tentang guru. Siapa guru itu? Apakah hanya orang-orang yang menempuh pendidikan guru formal, orang yang mendapat akta IV, atau orang-orang yang mempunyai gelar saja? Menurutku, tidak. Aku belajar dari ayahku (yang hanya tamat SMA dan bekerja sebagai pedagang) dan ibuku (seorang ibu rumah tangga). Sepertinya kemampuan berhitungku lebih baik karena sesekali aku menjaga warung dan membantu ayahku untuk membuat harga sebuah barang sehingga kami bisa untung tapi harga itu tidak mahal bagi pelanggan warung kami. Dari ibuku, aku belajar tentang kehidupan di rumah. Kadang aku kesal, karena hanya diberi tugas mencuci piring dan menggoreng bahkan sampai aku kuliah. Tapi bekal itu sangat cukup dan bisa kupakai sekarang. Aku belajar dari abang-abangku, tentang menaikkan layang-layang, mengendarai sepeda, bermain kelereng. Aku belajar dari tukang mie ayam, pedagang jamu yang jualan di dekat rumahku. Aku belajar dari teman-temanku. Aku belajar dari ayam, kucing, ikan, dan burung-burung yang pernah menjadi peliharaanku. Aku belajar dari tanaman, hujan, matahari, langit. Rasa-rasanya aku boleh menyebut semua itu adalah guruku.

Sekian dulu yang bisa kubagi. Semoga akan ada bagian kedua, ketiga, dst.

Saturday, March 26, 2011

Long March

Lampung,

Kemarin Jumat malam sampai Sabtu subuh, di sekolah ku ada suatu kegiatan yang dinamakan Long March. Artinya sendiri bukan Maret yang panjang, hehe.. Tapi sepertinya bisa diartikan seperti perjalanan panjang secara bersama-sama. Nah di sekolah ku, kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali, biasanya bertepatan dengan bulan Maret. Untuk tahun ini, jarak yang kami tempuh (murid, guru, staff, hk) sekitar 17 km. Wew! Trek yang kami hadapi menantang sekali, karena tanah liat dan hujan baru saja reda, coba bayangkan! hehe..

Aku menjadi pembimbing grup, dan grup ku adalah grup 6. Anak-anak di grupku ini beragam, tapi secara keseluruhan tidak ada yang egois. Bahkan mereka turut memberikan semangat kepada teman-temannya yang kadang tertinggal di belakang. Ada juga anggota grup yang lucu, suka bercerita, sehingga perjalanan tidak membosankan.

Kalimat yang sering diucapkan anak-anak grupku dalam perjalanan:
1. "Udin, tungguin..!" (Udin adalah [pemimpin grup kami)
2. "Yang depan, tungguin temannya.. yang belakang dipercepat!"
3. "Goyang, joss.. senggol joss.."
4. "Tiba-tiba... "" (baca dengan versi silet)

Sekilas pengalaman unik dengan mereka. Sudah tiga kali aku mengikuti long march, dan selalu ada pengalaman baru. Terima kasih murid-muridku..

Friday, February 25, 2011

Tawa

Lampung,

Sudah lama aku tidak tertawa sampai terpingkal-pingkal. Berawal dari kegiatan ekstrakurikuler yang aku bimbing. Aku membagi 14 anak bimbinganku menjadi empat kelompok. Aku minta mereka untuk membuat atau memodifikasi suatu trik kartu dan menampilkan di depan teman-teman mereka. Tibalah giliran Ikhwan, Vallian, dan Purbo untuk menampilkan trik kartu mereka. Vallian dan Ikhwan menampilkan trik mereka. Kemudian aku meminta Purbo untuk menampilkan trik yang dia punya di depan teman-temannya.

Dia pun menampilkan trik kartu yang dia miliki. Tapi kurangnya kecepatan tangannya membuat trik itu mudah diketahui oleh teman-temannya.

Purbo: "Pura-pura ga tau loh.."
Teman-teman: "dah kelihatan itu loh.."

Saat itu aku tertawa keras, tidak terkontrol sepertinya. Muka dan tingkah laku Purbo ketika tampil begitu lucu. Ikhwan, Vallian dan Lena pun tertawa untuk beberapa lama.

Terima kasih atas tawa itu. Kenangan yang membahagiakan.

Kartu

"Lelah itu tidak terasa ketika melihat rasa antusias mereka"

Salah satu topik yang ada di kelas XI adalah trigonometri. Bagi hampir sebagian besar siswa, topik ini menakutkan dan mencekam :), karena sepertinya begitu banyak rumus.Memang benar adanya bahwa rumus trigonometri di kelas XI ada banyak. Oleh karena itu aku menekankan untuk memahami cara penurunan rumus tersebut bukan menghapalnya. Walau begitu, tetap ada beberapa murid yang lebih suka untuk menghapal saja. Aku sendiri masih belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasi ini. Aku mengajak mereka membaca penurunan rumus, menurunkan rumus bersama-sama, membuat lembar kerja penurunan rumus, puzzle untuk membentuk rumus-rumus, peta pikiran, dan permainan kartu trigonometri. Dua solusi terakhir cukup membantu mereka. Peta pikiran yang mereka buat membantu mereka merangkum rumus-rumus yang telah mereka dapat. Terlebih lagi permainan kartu beregu yang melatih daya ingat, strategi, dan kemampuan kerja sama mereka. Siswa-siswa yang biasanya memerlukan waktu lebih untuk memahami suatu hal, menjadi siswa-siswa yang cepat berpikir dan mampu menyusun kartu dengan baik. Semua siswa menikmati keasyikan dan kesenangan dalam menyusun kartu-kartu tersebut. Rasa senang, antusias, tawa, terkejut, penasaran mereka membuat lelah dan masalah yang ada tidak terasa lagi, tergantikan rasa bahagia.


Pekerjaan yang berguna.. :D




Wednesday, February 09, 2011

Untaian Kata

"Kata-kata teringat seumur hidup"

Lampung,

Ketika aku ada di bangku SMA, aku punya guru matematika yang unik dan lucu. Beliau seringkali bercanda dengan kami, murid-muridnya. Suatu saat ada tukang rujak bebeg lewat di depan sekolah kami. Beliau pun berucap dengan suara bassnya di depan kelas: "Hmm.. makan rujak bebeg siang-siang enak juga kali ya.." Aku pun tertawa mendengarnya karena gaya beliau mengucapkannya lucu dan sepertinya beliau memang ingin makan rujak itu.

Lain waktu, salah seorang teman sekelasku bertingkah jahil/iseng ke temanku yang lain dan membuat sedikit keributan. Beliau melihat kejadian itu, lalu berkata: "Hmm, hmm, Andi.. Andi.." sambil menggelengkan kepalanya. Tentu saja tidak ada yang takut dengan perkataannya. Tapi kami semua tersenyum dan Andi pun kembali ke tempat duduknya.

Guruku itu membuat suasana kelas santai tapi teratur. Beliau pun pernah memberi kepercayaan kepadaku dan temanku. Kami berdua diminta untuk memeriksa hasil pekerjaan siswa-siswa dari kelas lin. Saat itu aku bangga karena mendapat tugas tersebut. Beliau jarang meminta anak-anak untuk memeriksa ulangan siswa lain. Betapa kata-katanya masih kuingat sampai sekarang. Terima kasih Pak Didi.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku pun melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, di salah satu institut pendidikan di Indonesia. Kala itu di salah satu mata kuliah, aku dan teman-temanku mendapat ujian untuk presentasi di depan dosenku. Tugas ini yang akan menentukan nilai untuk mata kuliah tersebut. Aku menyiapkan slide dan mencoba latihan presentasi. Tiba waktunya, secara bergantian, satu per satu dari kami masuk ke ruang kuliah dan mempresentasikan tugas kami di depan dosen tersebut. Aku berusaha sebaik mungkin. Setelah aku selesai presentasi, beliau memberi masukan kepadaku mengenai slide yang aku buat. Aku pun menerima sarannya karena memang benar yang dikatakannya.

Kemudian beliau memberikan nasehat kepadaku dan berkata: "Sebenarnya kamu dapat nilai C tapi karena saya kasian, kamu dapat B. Ingat-ingat itu ya.." Yup, aku tetap ingat kalimat itu, yang kadang masih sakit ku rasa. Aku mendapat nilai karena rasa kasian bukan karena kemampuanku. Saat keluar dari ruangan, bukan bahagia karena mendapa nilai B, tapi aku malah berpikir: apakah aku memang tidak layak mendapat nilai baik? Kenapa tidak diberikan nilai C saja. Sayangnya aku tidak mengungkapkan pemikiranku kepada beliau, sehingga aku masih mengingat perkataannya.

Setiap kali aku ingat kejadian itu, aku jadi berhati-hati untuk berucap. Seringkali aku asal bicara kepada seseorang dan baru sadar keesokan harinya.

Jadilah orang yang berkata-kata dengan baik. ^_^