Friday, March 16, 2012

Keringat

Lampung,

Setiap orang pasti pernah berkeringat baik disengaja (karena beraktivitas atau berolahraga) dan tidak disengaja (karena panasnya matahari atau berada di dekat sumber panas lain), begitu pula aku. Tapi seringkali keringatku bukan hanya karena hal-hal yang aku sebutkan tadi, melainkan keluar begitu saja dari tubuku. Keringat itu ada di tangan dan kakiku (jika memakai sendal). Sejak aku menyadarinya, aku sering bertanya-tanya pada diriku sendiri dan kepada beberapa teman akrabku, kenapa bisa terjadi seperti itu. Ada yang bilang itu karena jantungku lemah. Aku pun sempat mengiyakannya. Tapi rasa-rasanya jantungku tidak begitu lemah, karena masih bisa mengontrolnya ketika ada sesuatu yang membuatku kaget. Sampai sekarang aku belum mencari lagi penyebabnya.

Namun yang ingin kubahas bukanlah penyebabnya melainkan sikap orang-orang di sekitarku ketika melihat hanya tanganku yang berkeringat tidak seluruh tubuhku. Banyak dari mereka bertanya dan melihat dengan aneh, terkesan itu adalah hal yang tidak baik. Mungkin karena banyak orang tidak ingin berkeringat. Produk untuk mencegah keringat pun ramai diiklankan. Aku pun merasa kurang percaya diri. Kadangkala ketika tanganku berkeringat dan ada orang yang mengajak salaman, aku akan bilang dulu ke mereka bahwa tanganku basah. Kalau mereka berbesar hati dan tetap mau salaman, aku pun menyalami mereka. Selain orang yang menganggap aneh, ternyata ada sedikit orang yang menganggap itu unik. Kadang malah mereka menanyakan tanganku sedang berkeringat atau tidak. Dan biasanya mereka yang menganggap itu unik adalah sahabat-sahabat terdekatku. Bahagianya memiliki sahabat yang mau menerima apa adanya.

Cerita tentang keringat..

Thursday, March 01, 2012

Layangan

Lampung,

Satu Maret tahun dua ribu dua belas. Sudah masuk di bulan Maret, waktu berlalu, akhir-akhir ini sepertinya berlalu begitu cepat. Libur 5 hari aku habiskan di rumah dan sekitarnya. Hari Selasa lalu, tepatnya di sore hari, ada kejadian yang lucu, menyenangkan, dan menggembirakan. Aku dan abangku berada di atas rumah. Kami melihat ada layangan orang tersangkut di atap rumah dan benangnya menjuntai panjang sampai ke lantai. Abangku pun berinisiatif untuk mengambil benang tersebut hingga ia mendapatkan layangan tersebut. Dia bilang padaku untuk menggulung benang dan mengulurnya jika diperlukan karena ia mau mencoba menerbangkan layangan tersebut. Setelah kira-kira 5 menit, akhirnya layangan itu dapat terbang dengan posisi abangku yang berdiri di atas tempat yang menurutku cukup berbahaya. Senangnya melihat layangan itu terbang, kami pun tertawa tanpa beban. Abangku ingin menerbangkannya lebih tinggi lagi tapi benang yang ada sudah habis. Ternyata di dekat kami ada benang dari layangan lain yang menyangkut di kabel listrik. Aku pun menyambung benang tersebut sehingga layangan itu terbang lebih tinggi. Setelah puas, abangku bilang ingin melepas layangan tersebut. Tapi sebelum dia melepaskannya aku memintanya untuk memberikan benangnya padaku agar aku juga bisa menerbangkannya. Sebenarnya aku belum puas memainkannya tapi akhirnya aku melepaskan layangan tersebut. Beberapa orang yang melihat kami dari bawah (jalanan) bisa jadi terheran-heran melihat dua orang dewasa begitu seru menerbangkan layangan. Sungguh kejadian yang menyenangkan. :)

Berbicara tentang layangan, aku teringat masa kecilku. Mungkin bahasa bakunya layang-layang, tapi dari kecil aku terbiasa menyebutkannya layangan. Ketika aku masih anak-anak dan masih sering bermain tanpa harus memikirkan apa pun, aku sering bermain layangan. Kadang dengan abangku, kadang dengan teman-temanku, yang juga adalah perempuan. Untuk menaikkan sebuah layangan ternyata tidak mudah, seringkali layangan terjatuh sebelum terbang. Bisa jadi karena bentuk layangan yang tidak seimbang, kertas layangan ada yang sobek, angin yang tidak mendukung, atau kemampuan kami yang kurang. :D

Akan tetapi menaikkan layangan selalu menyenangkan.. Lain kali ada kesempatan dan lapangan, mari bermain layangan lagi!