Saturday, November 28, 2015

Kilas Balik 90an

Bekasi, 28 November 2015

Seringnya percakapan dengan teman mengingat masa lalu. Jadi sekarang mulai dituliskan saja. Kali ini saya beri nama kilas balik 90an, karena bahasannya mengenai masa SD dan SMP, jadi sekitar tahun 1991 sampai 2000. 

Telepon. Semua orang tahu penemu telepon Bapak Graham Bell, walau sempat baca ternyata beliau bukanlah yang pertama menemukan telepon. Di masa kini, yang kekinian, orang sudah amat sangat familiar dengan telepon genggam atau sering dibilang hp. Saat ini pun hp ada berbagai macam merek dan ukuran. Dari yang kecil (tapi sudah jarang dipakai) hingga sebesar tablet (bukan obat).

Saya dan seorang teman teringat saat jaman SD dan SMP, bahkan sampai pertengahan SMA, kami hanya punya telepon rumah dan begitu diidolakannya telepon umum. Keluarga saya sendiri punya telepon juga karena orang tua mempunyai warung dan menelepon saudara di kampung. 

Kring... Kring... 
Begitu telepon rumah berbunyi, saya selalu ingin mengangkat karena itu adalah hal menyenangkan. :) 
Karena telepon digunakan untuk hal yang penting menurut masing - masing anggota keluarga. Misalnya teman menelepon untuk menanyakan pr, atau mengabarkan tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi percakapannya tidak panjang, karena biaya telepon masih lumayan mahal jaman itu.


Satu lagi, telepon umum. Telepon yang menggunakan koin agar bisa dimanfaatkan ini, jadi alat penghubung bagi saya. Kadang kami menelepon teman lain atau mengerjai teman. Tidak baik memang, hahaha. Koin yang digunakan ada 50 dan 100 kalau ga salah. Ketika telepon tidak diangkat, biasanya orang lekas - lekas menekan gagang yang ada di sana, agar uangnya bisa keluar lagi. :)

Sekian dulu, telepon di jaman dulu.

Wednesday, November 25, 2015

Hari Guru Nasional

Bekasi, 25 November 2015
Hari ini adalah hari guru. Teringat guru - guru dari TK, SD, SMP, dan SMA. Beberapa bisa saya ingat dengan jelas, lainnya hanya ingat rupa dan nama. Jadi ingin mengingat mereka.
Bu Sri, guru kelas 1 dan 2 SD. Terakhir ketemu bulan lalu dan beliau masih ingat, walau saya sudah pergi ke Bandung, Lampung dan jarang bertemu dengannya. Ada satu hal yang selalu diceritakan ibu saya setelah bertemu dengan Bu Sri. Saya masih di kelas 1 sepertinya, lalu melihat rapor di rumah dan di bagian kehadiran dituliskan saya ijin 1 hari. Menurut ibu saya, saat itu saya protes dengan bilang bahwa saya selalu datang ke sekolah dan tidak pernah ijin. Saya membayangkan ketika kecil dengan seriusnya berkata seperti itu :) dan juga membayangkan ibu yang mungkin tersenyum mendengar perkataan anaknya. Masih menurut cerita ibu, saya pergi ke sekolah dengan ibu, bertemu dengan Bu Sri dan ibu menceritakan semuanya. Bu Sri juga tersenyum. Dia tidak marah bahkan meminta maaf kepadaku. "Maaf ya Ndok.."

Bu Tiwi, guru SMP. Darinya saya belajar untuk berhati - hati menggunakan kata 'mungkin' dan 'sesuatu'. Padahal Syahrini jadi populer karena kata itu. 

Pak Didi, guru SMA, guru matematika. Banyak orang bilang guru pelajaran eksak sebagai guru killer. Tapi tidak dengan beliau. Sampai sekarang yang saya ingat adalah bagian tertawa dan canda yang sering kali dia berikan. Hanya sekedar penjual es atau rujak bebeg yang lewat di depan sekolah bisa jadi lucu karena beliau. 

Ya itulah, tiga dari sekian banyak guru yang pernah mengisi hidup saya, bahkan sampai sekarang. Bagaimanakah saya diingat oleh mereka dan murid - murid?

Selamat Hari Guru Nasional!